Jumat, 06 Januari 2012

Final Step "Pralepta Youdhelfa"

FINAL STEP ...




NAMA                       : PRALEPTA YOUDHELFA
NIM                            : 094114112
KELAS                      : III B
AKBID POLTEKKES KEMENKES RI PADANG.

Langkah – langkah untuk EXPORT data serta penamaan variabel :
    1. Buka Aplikasi Epidata
    2. klik "eksport" untuk memindahkan data .rec yang akan dipindahkan
    3. muncul jendela pilihan, pilih SPSS
    4. Buka aplikasi SPSS
    5. Pilih file
    6. klik "open"
    7. klik Syntax
    8. pilih data yang akan dipindahkan .rec
    9. klik open
    10. klik Run All seluruh data syntax dan akan muncul SPSS
    11. lanjutkan dengan penamaan variabel dan value label
    Untuk lebih lengkapnya  download here

    Kamis, 01 Desember 2011

    Hiperemesis Gravidarum

    1. Pengertian :
    Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

    2. Etiologi:
    Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
    Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan :
    a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
    b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik.
    c. Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
    d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien.
    3. Patofisiologi
    Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama.
    Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
    Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.
    Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
    4. Gejala Dan Tanda
    Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu :
    1. Tingkatan I :
    Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung.
    2. Tingkatan II :
    Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.
    Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
    3. Tingkatan III:
    Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati.
    5. Penatalaksanaan
    Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
    Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
    1. Obat-obatan
    Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin
    2. Isolasi
    Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman setama 24 -28 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
    3. Terapi psikologik
    Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
    4. Cairan parenteral
    Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena.
    5. Penghentian kehamilan
    Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital.
    6. Diet
    a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
    Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.
    b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D.
    c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.
    7. Prognosis
    Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.
    2. Konsep Dasar Keperawatan
    A. Pengkajian Data Fokus
    a. Aktifitas istirahat
    Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
    b. Integritas ego
    Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
    c. Eliminasi
    Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine.
    d. Makanan/cairan
    Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
    e. Pernafasan
    Frekuensi pernapasan meningkat.
    f. Keamanan
    Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
    g. Seksualitas
    Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
    h. Interaksi sosial
    Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
    i. Pembelajaran dan penyuluhan
    - Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama
    - Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
    - Turgor kulit, lidah kering
    - Adanya aseton dalam urine
    j. Pemeriksaan diagnostik
    - USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
    - Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
    - Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
    DIAGNOSA KEPERAWATAN
    1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
    2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
    3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
    4. Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan.
    C. RENCANA KEPERAWATAN
    1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.
    INTERVENSI RASIONAL
    1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti.
    2. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v.
    3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan.
    4. Catat intake dan output.
    5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
    6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
    7. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur
    8. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu.
    9. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
    10. Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin.
    11. Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
    12. Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
    13. Ukur pembesaran uterus.
    Rasional
    1. Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya.
    2. Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
    3. Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit.
    4. Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah.
    5. Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh
    6. dapat menstimulus mual dan muntah
    7. Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih
    8. Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
    9. Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
    10. Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
    11. Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < 37 % dipertimbangkan anemi pada trimester I.
    12. Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena kehamilan.
    13. Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan kcmungkinan-kemungkinan lebih lanjut
    2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan
    INTERVENSI RASIONAL
    1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
    2. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis.
    3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar.
    4. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
    Rasional
    1. Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester
    2. Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
    3. Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi.
    4. Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
    3. Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan
    INTERVENSI RASIONAL
    1. Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung
    2. Kaji tingkat fungsi psikologis klien
    3. Berikan support psikologis
    4. Berikan penguatan positif
    5. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal
    Rasional
    1. Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
    2. Untuk menjaga intergritas psikologis
    3. Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya
    4. Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan
    5. Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien
    4. Activity intolerance berhubungan dengan kelemahan
    INTERVENSI RASIONAL
    1. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup.
    2. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat.
    3. Bantu klien beraktifitas secara bertahap.
    4. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi.
    Rasional
    1. Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus.
    2. Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko.
    3. Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam
    Tetanus


    BATASAN
    Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut  yang disebabkan oleh Clostridium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme),  tanpa disertai gangguan kesadaran. Tetanus neonatorum menyebabkan 50% kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi. Angka kejadian 6-7/100 kelahiran hidup di perkotaan dan 11-23/100 kelahiran hidup di pedesaan. Sedangkan angka kejadian tetanus pada anak di rumah sakit 7-40 kasus/tahun, 50% terjadi pada kelompok 5-9 tahun, 30% kelompok 1-4 tahun, 18% kelompok > 10 tahun, dan sisanya pada bayi < 12 bulan. Angka kematian keseluruhan antara 6,7-30%.

    PATOGENESIS
    Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk vegetatif bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan yang rendah. Kuman ini dapat membentuk metalo-exotosin tetanus, yang terpenting untuk manusia adalah tetanospasmin. Gejala klinis timbul sebagai dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor endplate dan setelah masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi, kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP. Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas, otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang. Bilamana toksin mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum yang spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal, saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular. Spame larynx, hipertensi, gangguan irama jantung, hiperpirexi, hyperhydrosis merupakan penyulit akibat gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi dan pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus dikenali dan dikelola dengan teliti.

    GEJALA KLINIK  
    Gejala klinik yang dominan adalah kekakuan otot bergaris yang disusul dengan kejang tonik dan klonik. Masa inkubasi 5-14 hari, period of onset (waktu antara gejala pertama sampai timbul kejang pertama) yang pendek dapat dijadikan indikator tetanus berat dengan berbagai penyulit.
    Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit menetek, mulut mencucu. Pada anak besar berupa trismus, akibat kekakuan otot masseter. Disertai dengan kaku kuduk, risus sardonikus (karena kekakuan otot mimik, opistotonus, perut papan. Selanjutnya dapat diikuti kejang apabila dirangsang atau menjadi makin berat dengan kejang spontan, bahkan  pada kasus berat terjadi status konvulsivus. Spasme larynx merupakan penyebab kematian yang sering dijumpai, bronchopneumonia akibat kekakuan rongga dada, gagal nafas nafas dan status konvulsivus.
    Perubahan derajat berat penyakit dapat terjadi sangat cepat, sehingga seringkali memerlukan perubahan dosis antikonvulsan yang sesuai dengan perjalanan klinik. Digunakan kriteria berat penyakit Surabaya yang lebih sederhana dibanding cara penilaian dari Abblet, skor Phillips, skor Dakar atau modifikasi Patel dan Joag. Penelitian Rizal menunjukkan adanya kesetaraan kuat antara kriteria Surabaya dan Kriteria Abblet. Penilaian klinis  yang menitik beratkan pada perbedaan jenis kejang, dapat dilakukan oleh  paramedik, sehingga perubahan dosis dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.

    Derajat penyakit tetanus Surabaya
    Derajat I  (tetanus ringan)
    ·        Trismus (lebar antar gigi sama atau lebih 2 cm)
    • Kekakuan umum
    • Tidak dijumpai kejang
    • Tidak dijumpai gangguan respirasi
    Derajat II (tetanus sedang)
    ·        Trismus (lebar kurang dari 1 cm)
    • Kekakuan umum makin jelas
    • Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan
    Derajat III a. tetanus berat
    ·        Trismus berat (kedua baris gigi rapat)
    • Otot sangat spastis, timbul kejang spontan
    • Takipnea, takikardia
    • Apneic spell (spasme laryng)
    Derajat III b.  tetanus dengan gangguan saraf otonom
    • Gangguan otonom berat
    • Hipertensi berat dan takikardi, atau
    • Hipotensi dan bradikardi
    • Hipertensi berat atau hipotensi berat

    LANGKAH DIAGNOSTIK 
    Anamnesis
    ·        Riwayat mendapat trauma (terutama luka tusuk), pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril, riwayat menderita otitis media supurativa kronik (OMSK), atau gangren gigi.
    ·        Riwayat anak tidak diimunisasi/tidak lengkap imunisasi tetanus/BUMIL/WUS
    Pemeriksaan fisik
    ·        Adanya kekakuan lokal atau trismus
    ·        Adanya kaku kuduk, risus sardonicus, opisthotonus, perut papan
    ·        Kekakuan extremitas yang khas : flexi tangan, extensi kaki
    ·         Adanya penyulit

    DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
    Diagnosis
    1.      Anamnesis : partus non steril, status imunisasi, masa inkubasi, period of onset, luka tusuk, otitis media
    2.      Pemeriksaan fsik : kekakuan otot, kejang, kesadaran baik.
    3.      Diagnosis berdasarkan data klinik, tidak ada pemeriksaan penunjang yang membantu
    Diagnosa banding
    ·        Trismus akibat abses gigi, abses parafaring/retrofaring/peritonsiler
    ·         Sepsis neonatorum, meningitis bakterialis, ensefalitis, rabies
    ·         keracunan striknin, efek simpang fenotiazin, tetani, epilepsi.

    PENYULIT
    Waspadai adanya :
    ·        Gangguan ventilasi paru,
    ·        Aspirasi pneumonia,
    ·        Bronkopneumonia,  atelektasis
    ·        Emfisema mediastinal, pneumotoraks,
    ·        Sepsis,
    ·        Fraktur vertebra atau fraktur tulang paha.

    TATALAKSANA
    Terapi dasar tetanus
    Antibiotik diberikan selama 10 hari, 2 minggu bila ada komplikasi
    ·        Penisillin prokain 50.000 IU/kg BB/kali i.m, tiap 12 jam, atau
    ·        Metronidazol loading dose 15 mg/kg BB/jam, selanjutnya 7,5 mg/kg BB tiap 6 jam
    Catatan : Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan antibiotika yang sesuai.
    Imunisasi aktif-pasif
    ·        Anti tetanus serum (ATS) 5.000-10.000 IU, diberikan intramuskular. Untuk neonatus bisa diberikan iv; apabila tersedia dapat diberikan Human tetanus immunoglobulin (HTIG)   3000-6000 IU i.m.
    ·        Dilakukan imunisasi DT/TT/DTP pada sisi yang lain, pada saat bersamaan.
    Anti konvulsi
    Pada dasarnya kejang diatasi dengan diazepam, dosis disesuaikan